Yayasan Mitra Insani berdiri dari keprihatinan semakin merendahnya gairah dunia literasi. Media sosial seakan meruntuhkan semangat para peneribit, toko-toko buku bahkan banyak penulis yang mengalami shock. Di sekolah, kampus, kalangan akademisi seakan tidak lagi memiliki kebanggaan koleksi bacaan.
Saat itu, koran dan majalah mulai gulung tikar. Agen-agen dan pedagang koran kehilangan pekerjaan rutin mereka. Tidak ada lagi loper koran yang mengisi paginya menjambangi rumah-rumah dan kantor kantor pelanggan mereka.
Akankah dunia penerbitan buku padam juga ?
Untuk menjawab ini maka Yayasan Mitra Insani mencoba bangkit untuk terlibat dalam dunia penerbitan. Bermula dari buku-buku yang ditulis sendiri pendirinya sampai dengan membantu para penulis untuk menjadikan naskah mereka bisa dibaca banyak orang.
The Founder
Amin Idris, pria kelahiran kampung Wates desa Kedung Jaya Kecamatan Babelan, Bekasi, tahun 1965, adalah orang yang membawa gagasan pertama berdirinya penerbitan ini. Punya latar belakang sebagai wartawan, memiliki ketajaman dalam melihat sebuah naskah buku dan jeli membaca potensi yang bisa diangkatnya menjadi tulisan buku yang diterima pasar.
“Wartawan ya harus tetap menulis, kapan dan dimanapun,” begitu katanya. Karena itu, ketika media tempatnya bekerja tidak mampu terbit lagi, Amin Idris dan beberapa teman wartawan lain merancang tulisan-tulisan yang bisa diterbitkan dalam bentuk buku.
Menurut Amin Idris, wartawan, muballigh, mahasiswa, pengamat, kritikus, pengacara hendaknya bisa menjadikan kegiatan menulis ini sebagai sisi penunjang utama profesinya. Lihat para ulama-ulama terdahulu, mereka menulis dan membuat karya-karya monumental. Sampai sekarang buku-buku dan kitab kitab itu masih memberi manfaat besar bagi dunia literasi.
My Team :
- Nurmani, editor.
Wanita berlatar belakang sebagai guru, memiliki ketekunan menulis dan mengedit naskah. Bergabung dengan Yayasan Mitra Insani semata karena panggilan cintanya pada dunia literasi. Beberapa buku telah diterbitkannya, baik karyanya sendiri maupun bersama-sama (antologi).
- Adi Kusuma, editor grafis.
Memiliki keahlian editing sekaligus disain tata letak. Memiliki perjalanan karir yang cukup panjang di dunia media dan penerbitan, Adi mendisain flayer, cover, poster, kalender dan bahkan untuk kebutuhan-kebutuhan koreografi, seperti disain spanduk dan backdrop.
- Mohammad Yazid, Media Promosi.
Penerbit Yayasan Mitra Insani melakukan pendekatan-pendekatan komunikasi kepada calon mitra kerjanya. Lazimnya saat ini tugas itu lebih banyak diandalkan dari media sosial. Entah itu Instagram, toktok, facebook ataupun X. Jobdesk ini banyak dilakukan oleh Mohammad Yazid, meskipun yang bersangkutan sering juga terlibat pada urusan-urusan administrasi dan akuntansi.
- Robby Arsyadani, Humas.
Untuk membangun networking dengan banyak pihak, khususnya dengan penulis, pencetak, jaringan pembaca buku dan kegiatan kegaiatn sosialisasi dan promosi buku, peran humas menjadi sangat menentukan. Robby Arsyadani membawa missi ini demi terjalinnya hubungan saling menguntungkan antara penerbit dengan berbagai pihak. (*)